Gadget kini sudah menjadi kebutuhan sehari-hari masyarakat modern, mulai dari laptop, komputer, tablet, ponsel atau ponsel pintar. Semua perangkat teknologi canggih tersebut tak sekadar menjadi alat komunikasi dan hiburan, tetapi juga untuk mengetahui berbagai informasi dan pengetahuan. Karenanya tak mengherankan bila banyak orang asyik menggunakan gadget.
Kini gadget bukan hanya bagian dari orang dewasa, tapi juga anak-anak. Bahkan, di era digital sekarang ini, orangtua seakan justru mengenalkan gadget sedini mungkin pada anak-anak. Ini terlihat dari banyaknya orangtua yang memfasilitasi gadget untuk anaknya yang berusia sekolah dasar. Dengan alasan agar anaknya menguasai teknologi, tidak ketinggalan zaman, dan mengerjakan tugas dari sekolah. Apapun alasan orangtua tersebut, tidak lain agar mempersiapkan anak-anaknya menjadi pribadi yang pintar dan melek teknologi.
Tidak dapat dipungkiri di era digital sekarang ini, anak-anak sekolah telah membawa gadget di sekolah. Hal ini sejalan dengan kurikulum yang terbaru yaitu Kurikulum 2013. Kurikulum yang menuntut guru dan siswa menguasai IT. Guru sedikit bicara, siswa yang banyak melakukan aktivitas. Penggunaan gadget di kalangan siswa sebagai sumber belajar yang sangat diperlukan.
Keberadaan gadget bagi siswa memiliki dua sisi mata uang. Satu sisi dapat memberikan informasi dan pengetahuan, di sisi lain dapat berdampak buruk. Tidak dapat dipungkiri bahwa saat ini, anak-anak lebih banyak bermain dengan menggunakan gadget ketimbang belajar. Namun sayangnnya, saat ini sudah banyak anak-anak yang kecanduan bermain gadget. kerap menghabiskan waktu berjam-jam bahkan seharian dengan menatap layar ponsel pintar, tablet, atau laptop, demi permainan digital, berjejaring di dunia maya, dan aktivitas lainnya.
Berdasarkan data dari Komisi Perlindungan Anak (KPAI), Maria Advianti mengatakan, hampir 100 persen anak sudah melihat materi pornografi. Hal ini menunjukkan dampak negatif dari tidak dibatasi dan diawasi penggunaan gadget. Kurangnya peranan orangtua dalam mendidik anaknya. Berdasarkan penelitian yang bersumber dari Kompas.com, penggunaan gadget dapat menimbulkan adiksi serta dapat menurunkan prestasi anak. Kecenderungan penggunaan gadget secara berlebihan dan tidak tepat akan menjadikan pribadi yang anti sosial, cenderung tertutup dan tidak mampu beradaptasi dengan lingkungannya, baik dalam lingkungan keluarga maupun masyarakat. Kebiasaan anak menggunakan gadget cenderung memiliki peluang menjadi pribadi yang impulsif atau tidak sabar.
Menurut penulis perlu diberikan penguatan pendidikan karakter (PPK) dalam menggunakan gadget bagi siswa . Ada empat dimensi karakter menurut Ki Hajar Dewantara dalam penguatan kepada siswa menggunakan gadget, yakni olah hati, olah pikir, olah karsa dan olahraga.
Dimensi olah hati yang dimaknai sebagai individu yang memiliki kerohanian yang mendalam, beriman, dan bertakwa kepada Tuhan yang Mahas Esa. Penguatan sikap dan perilaku yang ditanamkan untuk selalu membaca doa sebelum dan sesudah menggunakan gadget. Penanaman kebiasaan itu menunjukkan pasti akan diawasi oleh Tuhan yang Maha Esa walaupun tidak ada satupun yang melihatnya, baik membuka konten yang positif maupun yang negatif.
Penggunaan gadget bagi siswa sebagai sumber belajar merupakan dimensi olah pikir. Menumbuhkan kebiasaan menggunakan gadget dalam rangka mengerjakan tugas dari sekolah sehingga siswa menjadi cerdas berkat teknologi masa kini. Hal ini sejalan dengan gerakan literasi sekolah. Kemampuan siswa berliterasi teknologi berujung pada kemampuan berpikir secara analitis, kritis, kreatif, dan reflektif.
Dimensi olah karsa dapat dimaknai sebagai individu yang memiliki etika dan moral dalam menggunakan gadget. Penanaman kebiasaan sikap dan perilaku siswa yang berdisiplin menggunakan gadget sesuai pada waktu dan tempatnya. Tidak menggunakan gadget ketika berhadapan dan berbicara dengan orang lain, sedang makan, dan bermain.
Meluangkan waktu untuk berolahraga, bermain, dan bersosialisasi merupakan dimensi olah raga. Penanaman kebiasaan sikap dan perilaku aktif dalam kegiatan sosial baik di lingkungan rumah, sekolah, dan masyarakat.
Faktor yang sangat penting dilaksanakan penguatan keempat dimensi karakter dalam menggunakan gadget yaitu orangtua. Orangtua adalah orang yang paling bertanggung jawab dalam masa perkembangan seorang anak. Penting bagi orangtua untuk mengontrol apa yang mereka lakukan sehari-hari dengan gadget.
Sekolah merupakan sebuah proses penguatan dimensi karakter. Di samping itu, sekolah sebagai organisasi pembelajar yang warganya berliterat sepanjang hayat. Kepala sekolah adalah agent of change penguatan karakter siswa . Peran penting kepala sekolah dalam merumuskan kebijakan penggunaan gadget yang bijak dan aman. Guru merupakan eksekutor dalam kebijakan dari kepala sekolah sehingga akan mewujudkan sekolah yang berkarakter dan berliterasi. Di sekolah dengan budaya literasi yang tinggi, siswa akan cenderung lebih berhasil dan guru lebih bersemangat mengajar.
Dengan karakter yang kuat ditanamkan kepada siswa dalam penggunaan gadget. Inilah yang diharapkan membentuk pribadi yang berkarakter kuat dengan kecerdasan yang tinggi. Sehingga anak-anak indonesia memiliki jati diri bangsa yang kokoh dan daya saing yang mampu menjawab berbagai tantangan di era abad 21.