Selamat Datang di Website Resmi

SMK TEXMACO SEMARANG





Blog 15 September 2017 / Sri Noviarni

Pendidikan Coding Krusial di Era Digital

Kemampuan coding diyakini menjadi salah satu skill yang perlu dikuasai generasi digital, bahkan menjadi literasi keempat setelah calistung. Pembelajaran ini dinilai membantu anak memecahkan masalah dan mendukung karier ketika dewasa kelak.

Dunia digital menuntut para generasi milineal untuk menambah satu lagi kecakapan. Setelah membaca, menulis, berhitung, coding dipandang sebagai literasi keempat yang perlu dikuasai. Setidaknya inilah yang diyakini para pendidik dan praktisi teknologi.

Kemampuan coding dipandang akan membantu dalam memecahkan berbagai masalah, mendukung pekerjaan, hingga karier mereka nantinya. Coding juga jawaban dalam menyelesaikan masalah dengan menggabungkan semua pengetahuan yang dimiliki.

“Untuk membuat game yang bagus misalnya,  harus mengabungkan pengetahuan matematika, sains, bahasa, seni supaya game mereka benar-benar menarik,” ujar Budi Chang Direktur EKTIZO Coding.

Pembelajaran coding sendiri adalah kegiatan memprogram komputer melalui penyusunan instruksi-instruksi dengan bahasa pemrograman. Untuk siswa pemula khususnya anak-anak, tersedia bahasa pemrograman yang menyediakan kumpulan instruksi dalam bentuk blok sehingga tidak perlu dihafal. Blok-blok tersebut dibuat seperti puzzle yang dapat dipasangkan dengan blok lain.

“Blok-blok tadi dapat digunakan untuk memrogram karakter tertentu atau mengatur backdrop, customes, suara, dan lainnya. Dengan mengerti logika dan menguasai penyusunan blok, anak-anak dapat membuat games, animasi, cerita digital, musik, dan sebagainya,” ungkap Budi.

Menurutnya, seperti skill lainnya, coding bisa diajarkan sejak dini. Umumnya coding diperkenalkan melalui permainan untuk anak-anak usia dini. Bagi anak-anak SD yang sudah bisa membaca, bisa diperkenalkan aplikasi yang didesain untuk mengasah logika. Saat ini tersedia banyak aplikasi dan referensi bagi guru dan orangtua untuk mengajarkan logika dan dasar coding kepada anak-anak.

Budi mengaku, dua tahun lalu, tidak banyak yang mengetahui tentang coding. Sebagian besar lainnya yang tahu apa itu coding, belum sepenuhnya mengerti manfaat coding untuk anak-anak. Seiring  waktu, orangtua mulai banyak mendengar dan membaca tentang coding dan manfaatnya.

Kini mereka justru menilai coding penting dan mempercayakan pembelajaran coding anak mereka kepada lembaga-lembaga pelatihan coding seperti EKTIZO Coding. Nyatanya, pelatihan coding juga dianggap menyenangkan bagi anak-anak. Mereka melihat pendidikan coding sebagai hal yang keren (berdasarkan hasil penelitian Microsoft terhadap 1,850 siswa di bawah 24 tahun di 8 negara Asia Pasifik termasuk Indonesia).

Selain itu, coding bagi pemula juga dipandang tidak sulit karena sudah tersedia banyak toolsnya. Hanya tinggal mengajari dan membimbing mereka, maka coding pun dapat menjadi bagian dalam keseharian anak-anak.

Sosialisasi Pembelajaran Coding
Guna menyosialisasikan pentingnya pendidikan coding, EKTIZO sendiri aktif mendukung gerakan Hour of Code, yaitu sebuah kampanye global dari Amerika Serikat yang bertujuan memperkenalkan coding kepada semua orang terutama anak-anak dan remaja di seluruh dunia. Saat ini sudah lebih dari 200 juta anak-anak di seluruh dunia belajar coding melalui Hour of Code.

Pertama kali, diadakan workshop Hour of Code ini pada tanggal 11 Desember 2013 di tiga sekolah di Tanah Air. Menurut Budi, kegiatan ini sekaligus menjadi Hour of Code pertama di Indonesia karena kegiatan serupa dimulai di Amerika pada tanggal 9 Desember 2013. Sampai sekarang, tercatat lebih dari 3.000 anak di berbagai daerah di Indonesia telah belajar coding bersama pihaknya.

Bagikan ke sosial media :