Selamat Datang di Website Resmi

SMK TEXMACO SEMARANG





Blog 29 November 2018 / Hubinmas

GURU : MENDIDIK ERA REVOLUSI INDUSTRI 4.0 , SIAPA TAKUT ?

Oleh : Nur Ismawati, S.Si, M.Si*

Hari Guru Nasional yang diperingati setiap tanggal 25 November sudah berlalu, namun gaung semangat keikhlasan dalam berjuang untuk mencerdaskan anak bangsa akan selalu berkobar. Terlebih dengan era teknologi yang sudah tidak terbendung kemajuannya, menuntut guru lebih kompetitif dan menguasai berbagai kompetensi dengan berbagai bentuk strategi pembelajaran.

Revolusi industri 4.0 tidak akan mampu menggantikan peran seorang  guru sebagai tenaga pendidik. Tugas mendidik ini hanya bisa dilakukan seorang guru sehingga profesi guru akan tetap abadi. Kecerdasan akademik bukan lagi penentu keberhasilan siswa ketika suatu saat memasuki dunia kerja. Yang lebih penting adalah kecerdasan moral atau attitude-nya.

Besarnya peran guru dalam mendidik dan mengembangkan attitude kepada siswa sangatlah besar. Ibarat kata pepatah, guru kencing berdiri, murid kencing berlari.  Ingin menjadi besar atau kecil negara ini ada di tangan guru.

Pemahaman yang dewasa ini berkembang dalam sekolah adalah pentingnya sarana laptop atau PC yang nantinya akan dipegang setiap siswa. Atau jika dalam “istilah” saya pribadi adalah “SaSiLaTop” singkatan dari Satu Siswa Satu Laptop. Dalam menghadapi revolusi industri 4.0, sekolah atau lembaga penyelenggara pendidikan tidak mesti menyiapkan SaSiLaTop atau one children one tablet. Hal yang lebih penting adalah values atau nilai nilai soft skills, empati, kolaborasi yang mendasari kegiatan dan kebutuhan siswa untuk bekal ke depannya.

Era revolusi industri 4.0 memang telah mengubah konsep pekerjaan, struktur pekerjaan, dan kompetensi yang dibutuhkan dunia pekerjaan. Era revolusi industri 4.0 juga telah mengubah cara pandang tentang pendidikan. Perubahan yang dilakukan tidak hanya sekadar cara mengajar, tetapi jauh yang lebih esensial, yakni perubahan cara pandang terhadap konsep pendidikan itu sendiri.

Sekolah sebagai salah satu lembaga penyelenggara pendidikan yang formal, harus membekali siswa nya agar setelah lulus mereka memiliki modal untuk terjun ke dunia luar yang sesungguhnya. Beberapa hal yang harus disiapkan antara lain :

  1. Kemampuan untuk berpikir kritis dan objektif serta mental yang kuat sebagai bekal siswa dalam menghadapi dan menyelesaikan segala bentuk masalah baik yang saat ini sedang dihadapi maupun masalah yang belum muncul;
  2. Membekali siswa dengan berbagai keterampilan melalui mata pelajaran produktif, Kewirausahaan maupun Pengembangan Produk Kreatif sehingga nantinya diharapkan bisa menciptakan peluang kerja yang saat ini belum ada ;
  3. Membekali siswa dengan ilmu teknologi yang selalu up to date sehingga ketika lulus mereka tidak akan gagap teknologi dan mampu bersaing dengan bentuk teknologi yang sudah ada.

Perlu komitmen bersama antara guru, kepala sekolah, stake holder dan team work yang baik untuk bisa menghadapi tantangan pendidikan pada era revolusi ini. Syarat penting yang mutlak dan harus dipenuhi adalah bagaimana kita menyiapkan kualifikasi dan kompetensi guru yang berkualitas, mengingat kompetisi guru pada era revolusi 4.0 sangatlah tinggi.

Setidaknya terdapat lima kualifikasi dan kompetensi guru yang dibutuhkan di era 4.0. Kelimanya meliputi:

(1) Educational competence, yakni kompetensi untuk mendidik siswa atau memberikan pembelajaran berbasis internet of thing sebagai basic skill di era ini;

(2) Competence for technological commercialization, yakni kemampuan guru untuk menguasai kompetensi yang mampu membawa siswa memiliki sikap entrepreneurship (kewirausahaan) dengan teknologi atas hasil karya inovasi siswa;

(3) Competence in globalization, yakni kompetensi guru untuk menciptakan dunia tanpa sekat, tidak gagap terhadap berbagai budaya/teknologi, kompetensi hybrid, yaitu global competence dan keunggulan memecahkan problem nasional;

(4) Competence in future strategies, yakni memiliki kemampuan/kompetensi memprediksi dengan tepat apa yang akan terjadi di masa depan dan bagaimana strategi yang harus dijalankan, misal dengan cara joint-lecture, joint-research, joint-resources, staff mobility dan rotasi, paham arah SDG’s, dan lain sebagainya mengingat dunia mudah berubah dan berjalan cepat.

(5) Conselor competence, mengingat ke depan masalah anak bukan pada kesulitan memahami materi ajar, tapi lebih terkait masalah psikologis, stres akibat tekanan keadaan yang makin kompleks dan berat.

Selain dalam proses pembelajaran, perubahan dapat pula dilakukan dengan melakukan reorientasi kurikulum untuk membangun kompetensi era revolusi industri 4.0 dan menyiapkan pembelajaran berbasis daring dalam bentuk hybrid atau blended learning.

 

 

* Penulis adalah guru Fisika SMK Texmaco Semarang sejak 2009 - sekarang

Bagikan ke sosial media :