Selamat Datang di Website Resmi

SMK TEXMACO SEMARANG





Blog 09 November 2017 / Nur Ismawati

Degradasi Moral Generasi Muda, Salah Siapa ?

Bangsa yang baik adalah bangsa yang mau menghargai jasa para pahlawannya ”. Pepatah itu selalu bergema saat bangsa Indonesia merayakan hari Pahlawan. Setiap warga negara selalu mendapatkan doktrin tersebut dalam tiap jenjang pendidikan yang ditempuhnya. Namun, seberapa besar penjiwaan mereka terhadap pepatah itu ? Sebagai bangsa yang menganut peradaban timur, Indonesia dikenal sebagai bangsa yang sopan, santun, dan memegang teguh etika. Namun itu dulu, ketika Indonesia masih didominasi oleh kerajaan-kerajaan. Bagaimana dengan sekarang ?

Banyak tersiar kabar beberapa warga terpaksa diamankan karena berpesta minuman keras oplosan, para pelajar yang terlibat tawuran, berjudi, melakukan transaksi jual beli narkoba, bahkan mahasiswa berpesta sabu-sabu di kos-kosan atau kontrakan. Bahkan maraknya video dan postingan yang berbau pornografi sekarang semakin bebas dan mudah diakses oleh semua kalangan umur. Sehingga tidak mengherankan apabila banyak kasus kekerasan bahkan tindakan asusila yang dilakukan oleh maupun terhadap anak di bawah umur yang dewasa ini banyak menghiasi media massa dan media sosial. Ini menunjukkan semakin tingginya tingkat degradasi moral dari generasi muda yang harus menjadi perhatian bersama antara orang tua, sekolah, masyarakat maupun para pemimpin bangsa.

Sudah saatnya bangsa Indonesia berbenah diri. Apa jadinya negeri ini bila nantinya dipimpin oleh generasi yang tidak bermoral dan tidak memiliki jiwa seorang pemimpin. Kontrol dan komunikasi efektif antara orang tua terhadap anak harus semakin intensif, terutama bagi yang anak-anaknya menuntut ilmu di luar kota. Menanamkan pendidikan agama hendaknya dimulai sejak dini dan kontinyu, karena trend di kota besar, orang tua cenderung menyekolahkan anaknya di sekolah dengan basic agama di usia sekolah dasar. Dan setelah lulus mereka disekolahkan di sekolah umum. Mereka berpikir menanamkan ilmu agama di sekolah dasar sudah cukup untuk membentengi anak-anak dari tindakan tak terpuji. Padahal semakin dewasa, seorang anak memiliki rasa ingin tahu semakin besar, terutama mengenai reproduksi dan seksual. Sementara rasa ingin tahu tersebut selalu diiringi pula keinginan untuk mencoba dan melakukannya sendiri. Hasilnya bisa ditebak, tindakan asusila oleh kaum muda merebak dimana-mana. Peran media elektronik dan media komunikasi, gadget, internet dan media sosial juga menjadi salah satu faktor pemicu semakin rendahnya kualitas dan moral para pemuda, meski tidak bisa dipungkiri banyak pula manfaat dari perkembangan teknologi tersebut.

Banyak hal-hal kecil yang bisa dilakukan, untuk mewujudkan hal-hal yang besar. Tanamkan kebiasaan pada anak untuk untuk tidak menyalakan televisi antara jam 18.00 – 22.00. Biasakan pula orang tua untuk makan malam bersama dan mendampingi anak-anak belajar, menonton televisi maupun berselancar di dunia maya ( internet ) sehingga kedekatan emosi orang tua dan anak semakin erat. Selain itu, anak akan cenderung lebih terbuka pada orang tua dan menjadikan orang tuanya sebagai tempat pertama untuk bertanya hal-hal yang tak diketahuinya sekaligus meminta pertimbangan hal-hal yang meragukannya. Dengan demikian, keinginan anak untuk mencari jawaban dalam setiap pertanyaannya atau pun untuk bertindak apapun tidak dilakukannya sendiri dan dengan caranya sendiri. Batasi penggunaan gadget pada anak, dan jelaskan situs-situs apa yang boleh dan tidak boleh diakses. Bagi orang tua yang anak-anaknya menjelang dewasa, maka ikutilah kemajuan teknologi khususnya yang berkaitan dengan media sosial agar bisa melacak ataupun mendeteksi situs-situs yang pernah dikunjungi oleh anak-anaknya.

Bagaimana dengan mahasiswa ? Apakah mereka menyadari bahwa tanggung jawab moralnya sangat besar terhadap keluarga, masyarakat bahkan negara ? Dalam keluarga, mahasiswa adalah kebanggaan orang tua, harapan untuk meniti masa depan yang lebih baik. Dalam masyarakat, mahasiswa adalah pembawa perubahan ke pola kehidupan yang baru menuju globalisasi. Sedangkan bagi negeri, mereka adalah penerus dan calon pemimpin yang akan menerima tanggung jawab memimpin, menjaga dan mempertahankan integritas bangsa. Introspeksi dan refleksi diri akan tujuan hidup, membekali diri dengan kemandirian, serta bertanggung jawab kepada diri sendiri, orang tua serta Tuhan Yang Maha Esa atas setiap tindakan merupakan modal yang harus tertanam dalam jiwa seorang mahasiswa.

Bagikan ke sosial media :